Beranda | Artikel
Faedah Surat An-Nuur #28: Permisalan Cahaya Al-Quran dan Iman
Sabtu, 2 Maret 2019

 

Ayat berikut dari surat An-Nuur ayat 34-35 bagus sekali direnungkan karena menerangkan tentang manfaatnya iman dan Al-Qur’an.

 

Tafsir Surah An-Nuur

Ayat 34-35

وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ آيَاتٍ مُبَيِّنَاتٍ وَمَثَلًا مِنَ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ

۞اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚمَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ ۖالْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ ۖالزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لَا شَرْقِيَّةٍ وَلَا غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ ۚنُورٌ عَلَىٰ نُورٍ ۗيَهْدِي اللَّهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚوَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ ۗوَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nuur: 34-35)

 

Penjelasan Ayat

 

Ayat 34 menunjukkan agungnya ayat yang telah dibacakan pada hamba-Nya, supaya diketahui kedudukannya dan supaya hamba menjalankan haknya. Ayat yang disebutkan begitu jelas dan berisi hal-hal yang dibutuhkan manusia, ada di situ masalah ushul (pokok) dan furu’ (cabang). Kalau dikatakan jelas, berarti tidak ada isykal(kesamaran) dan syubhat. Dan sebelumnya ada juga berita-berita dari orang terdahulu, dari orang saleh maupun thaleh(orang yang durhaka), diceritakan pula mengenai amalan mereka. Kisah mereka bisa menjadi ibrah dan pelajaran bagi mereka yang perbuatannya semisal, juga akan dibalas kelak dengan balasan yang sama. Demikian penjelasan dari Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di dalam Tafsir As-Sa’di, hlm. 598.

Syaikh Musthafa Al-‘Adawi juga menyatakan bahwa yang dimaksud dari ayat 34 adalah kisah dari umat sebelum kalian yang sudah tiada, seperti kisah Nabi Yusuf ‘alaihis salam, kisah Maryam, dan kisah lainnya bisa menjadi nasihat, peringatan, dan untuk menakut-nakuti. Juga kisah orang-orang terdahulu yang mendustakan, zalim, dan membangkang bisa menjadi ibrah dan pelajaran. Lihat At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Surat An-Nuur, hlm. 241.

Dalam ayat 35 disebutkan, “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi”. Sebagaimana keterangan dalam Tafsir As-Sa’di, maksudnya adalah Allah itu secara hissi (yang nampak) dan maknawi adalah nuur (cahaya). Secara dzatnya, Allah itu cahaya. Hijabnya itu juga cahaya, yang seandainya tak ada hijab ini dan tak ada kelemahlembutan Allah, maka sejauh pandangan-Nya akan hangus terbakar. Allah juga menyinari ‘Arsy, kursi-Nya, matahari, rembulan, cahaya, dan surga pun mendapatkan cahaya.

Ada juga maknanya adalah nur (cahaya) secara maknawi. Maknanya, kitab Allah adalah cahaya, syariat-Nya adalah cahaya, iman dan makrifah pada hati para rasul dan orang beriman adalah cahaya. Seandainya Allah tidak memberikan cahaya ini, maka kita dibiarkan dalam keadaan zhulumaat (gelap gulita).

Lanjutan ayatnya disebutkan, “Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis).Nuur ‘alan nuur, maksudnya adalah cahayanya berasal dari api dan berasal dari minyaknya itu sendiri.

Ini permisalan untuk siapa?

Ada beberapa pendapat dalam hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam Zaad Al-Masiir.

  1. Yang dimaksud adalah cahaya Muhammad. Lubang yang dimaksud adalah dalam tubuh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pelita yang dimaksud adalah pelita hati Muhammad. Kaca yang dimaksud adalah hatinya. Beliau berasal dari tanaman yang penuh berkah yaitu berasal dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Alasannya pula, kebanyakan nabi merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Tidak dari timur maupun barat, yaitu tidak Yahudi dan Nashrani. Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan pada manusia bahwa ia adalah seorang nabi walaupun ia tidak pandai bicara.
  2. Yang dimaksud adalah cahaya iman dalam hati mukmin dengan pelita. Lubangnya itu adalah hatinya. Pelitanya itu cahaya iman di dalamnya. Ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa lubang itu adalah dadanya, sedangkan pelita itu adalah Al-Qur’an dan iman, di mana Al-Qur’an dan iman keduanya berada dalam dada. Sedangkan kaca itu adalah hatinya. Jika ilmu itu datang, maka bertambahlah petunjuk di atas petunjuk, sebagaimana minyak itu bercahaya sebelum disentuh api. Jika disentuh api, bertambahlah cahaya. Seorang mukmin, kata-katanya itu cahaya, amalannya itu cahaya, masuk dan keluarnya cahaya, dan kembali dalam keadaan bercahaya pada hari kiamat.
  3. Yang dimisalkan adalah Al-Qur’an, Al-Qur’an itulah pelita. Pelita itu terus bersinar dan tidak berkurang. Sedangkan kaca itu adalah hati orang beriman. Lubang yang dimaksud adalah lisan dan mulutnya. Pohon penuh berkah adalah pohon wahyu. Di sini menunjukkan bahwa penjelasan-penjelasan Al-Qur’an itu begitu jelas walau belum dibaca. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa argumen Al-Qur’an itu begitu jelas bagi yang mau merenungkan dan mentadabburinya walau Al-Qur’an itu belum turun. Itulah cahaya di atas cahaya (nuur ‘alan nuur). Artinya, Al-Qur’an itu cahaya dari Allah pada hamba-Nya dengan dalil-dalil yang gamblang, bahkan itu sudah jelas sebelum Al-Qur’an itu turun.

Inilah yang Allah jelaskan pada hamba-Nya dengan permisalan sehingga mudah dipahami dan mudah ditangkap.

Ibnu ‘Abbas berpendapat bahwa mengenai ayat,

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

Artinya: Allah itu pemberi petunjuk kepada penduduk langit dan bumi. Dalam pendapat lainnya, maksudnya adalah Allah itu pengatur urusan di langit dan di bumi, termasuk mengatur bintang, matahari, dan rembulan.

Sedangkan maksud ayat,

مَثَلُ نُورِهِ

Permisalan cahaya-Nya, maksudnya adalah cahaya orang mukmin yang Allah jadikan iman dan Al-Qur’an pada dadanya, lantas diberikan permisalan dalam ayat ini. Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah permisalan cahaya Allah berupa petunjuk dalam hati orang beriman.

Sedangkan maksud ayat,

وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”, yaitu Allah yang Mahatahu siapakah yang pantas mendapatkan hidayah dan siapakah yang pantas mendapatkan kesesatan. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 5:540-545.

Semoga bermanfaat, pembahasan pelajaran dari cahaya di atas cahaya masih berlanjut insya Allah pada pertemuan selanjutnya.

Referensi:

  1. At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Surat An-Nuur. Cetakan kedua, Tahun 1423 H. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.
  2. Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim.Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
  3. Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
  4. Zaad Al-Masiir. Cetakan keempat, Tahun 1407 H. Ibnul Jauzi. Penerbit Al-Maktab Al-Islami.

Disusun di #darushsholihin, 25 Jumadats Tsaniyyah 1440 H (2 Maret 2019), Sabtu siang

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com


Artikel asli: https://rumaysho.com/19732-faedah-surat-an-nuur-28-permisalan-cahaya-al-quran-dan-iman.html